Jumat, 28 Maret 2008

kreatifitas ku di waktu remaja

Sebenarnya saya tidak tahu apa kreatifitas yang sudah saya lakukan sekarang, sebab tidak ada sesuatu hal yang sangat luar biasa yang ada pada diri saya. Maka dari itu saya bingung untuk menceritakanya, karena hal-hal yang saya lakukan biasa-biasa saja. Kekreatifan yang pernah saya lakukan ya seperti membuat kue, membuat tugas, membuat hiasan dinding atau pernak-pernik palah itu...biasa banget kan???????

Maka dari itu tidak ada yang istimewa dalam masa remaja saya...Saya pernah membongkar rolan listik tapi tidak bisa terus saya pernah membenarkan rantai sepeda saya dol sewaktu saya masih sekolah dulu, terus saya pernah menyangga skandar motor saya yang rusak memakai sedotan minuman yang dari plastik sewaktu aliah kemarin. Terus ada lagi dirumah saya itu kita memakai air kolam dari itu disaring dulu memakai 3 ember yang isinya dari pasir, busa, dan batu-batuan untuk menyaring air yang kotor karena air dirumah saya itu kuning banyak garam-garamannya...uda cuma itu saja biasa banget kan?????

ya sekian dulu saya tuliskan kekreatifan yang pernah saya lakukan nanti kapan-kapan kalau saya sudah dapat kekreatifan saya akan menuliskannya lagi dblok ini.....bye wassalam..

Senin, 24 Maret 2008

tugas psikologi perkembangan remaja II

Jumat, 2008 Maret 07


tugas psikologi

Jumat, 15 Nopember 2002
Memahami Aspek-aspek Penting Perkembangan Remaja
Dalam hidupnya, setiap manusia akan mengalami berbagai tahap perkembangan. Dan salah satu tahap perkembangan yang sering menjadi sorotan adalah ketika seseorang memasuki usia remaja. Betapa tidak? Usia remaja adalah gerbang menuju kedewasaan, jika dia berhasil melalui gerbang ini dengan baik, maka tantangan-tantangan di masa selanjutnya akan relatif mudah diatasi.

Begitupun sebaliknya, bila dia gagal maka pada tahap perkembangan berikutnya besar kemungkinan akan terjadi masalah pada dirinya. Oleh karena itu, agar perkembangannya berjalan dengan baik, setidaknya ada lima aspek penting yang harus dicermati, baik oleh orang tua, pendidik, maupun si remaja itu sendiri.

1. Kondisi fisik
Penampilan fisik merupakan aspek penting bagi remaja dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya mereka mempunyai standar-standar tertentu tentang sosok fisik ideal yang mereka dambakan. Misalnya, standar cantik adalah berpostur tinggi, bertubuh langsing, dan berkulit putih.
Namun tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi fisik seideal itu. Karenanya, remaja mesti belajar menerima dan memanfaatkan seperti apapun kondisi fisiknya dengan seefektif mungkin.

Remaja perlu menanamkan keyakinan bahwa keindahan lahiriah bukanlah makna yang sesungguhnya dari kecantikan. Kecantikan sejati justru bersumber dari hati nurani, akhlak, serta kepribadian yang baik. Seperti kata pepatah: Beauty is not in the face, beauty is a light in the heart (kecantikan bukan pada wajah, melainkan cahaya dari dalam hati). Bahkan dalam Islam, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk tubuhmu dan harta-hartamu, tetapi Allah melihat hati dan amal-amalmu." (HR Muslim)

2. Kebebasan emosional
Pada umumnya, remaja ingin memperoleh kebebasan emosional. Mereka ingin bebas melakukan apa saja yang mereka sukai. Tak heran, sebab dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, seorang remaja memang senantiasa berusaha agar pendapat atau pikiran-pikirannya diakui dan disejajarkan dengan orang dewasa, dalam kedudukannya yang bukan lagi sekadar objek.

Dengan demikian jika terjadi perbedaan pendapat antara anak dengan orang tua, maka pendekatan yang bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih bijaksana. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan membangun rasa saling pengertian, di mana masing-masing pihak berusaha memahami sudut pandang pihak lain.

Saling pengertian juga dapat dibangkitkan dengan bertukar pengalaman atau dengan melakukan beberapa aktivitas tertentu bersama-sama, di mana orang tua dapat menempatkan dirinya dalam situasi remaja, dan sebaliknya. Menurut Gordon, inti dari metode pemecahan konflik yang aman antara orang tua dan anak adalah dengan menjadi pendengar aktif.

3. Interaksi sosial
Kemampuan untuk melakukan interaksi sosial juga sangat penting dalam membentuk konsep diri yang positif, sehingga dia mampu melihat dirinya sebagai orang yang kompeten dan disenangi oleh lingkungannya. Dengan demikian, maka diharapkan dia dapat memiliki gambaran yang wajar tentang dirinya sesuai dengan kenyataan (tidak dikurangi atau dilebih-lebihkan).

Menurut Abdul Halim Abu Syuqqah, dalam bukunya Kebebasan Wanita, pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang tidak terjebak dalam dua ekstrem, yakni terlalu sensitif (menutup diri) atau terlalu bebas. Konsep pergaulan semestinya lebih ditekankan kepada hal-hal positif, seperti untuk mempertegas eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan yang bermanfaat.

4. Pengetahuan terhadap kemampuan diri
Setiap kelebihan atau potensi yang ada dalam diri manusia sesungguhnya bersifat laten. Artinya, ia harus digali dan terus dirangsang agar keluar secara optimal. Dengan demikian, akan terlihat sejauh mana potensi yang ada dan di jalur mana potensi itu terkonsentrasi, untuk selanjutnya diperdalam hingga dapat melahirkan karya yang berarti.

Dengan mengetahui dan menerima kemampuan diri secara positif, maka seorang remaja diharapkan lebih mampu menentukan keputusan yang tepat terhadap apa yang akan ia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis kegiatan yang akan diikutinya.

5. Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama
William James, seorang psikolog yang mendalami psikologi agama mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan dengan sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan vitalitas.

Sebaliknya, orang yang memandang agama sebagai suatu kebiasaan yang membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban, akan memiliki jiwa yang sakit (sick soul). Dia akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa bersalah, murung serta tertekan.

Bagi keluarga Muslim, nampaknya harus mulai ditanamkan pemahaman bahwa di usianya si remaja sudah termasuk baligh. Artinya dia sudah taklif, atau bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban agama serta menanggung sendiri dosa-dosanya apabila melanggar kewajiban-kewajiban tersebut. Dengan pemahaman yang kuat terhadap nilai-nilai moral dan agama, maka lingkungan yang buruk tidak akan membuatnya menjadi buruk. Bahkan boleh jadi, si remaja sanggup proaktif mempengaruhi lingkungannya dengan frame religius.n dr/mqp
( )

tugas psikologi perkembangan remaja

tugas psikkologi II

Perkembangan Psikologi Remaja
(Saturday, 30 December 2006) -
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21
tahun. Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui.
Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan
berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugastugas
perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang
cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang
film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan
masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya
sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan
keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat
diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut
akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada
teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini,
maka remaja Anda dalam kesulitan besar.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan
tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja
yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan
lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas
perkembangan remaja tersebut.
Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya
pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang
dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal
tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan
selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama
dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya
akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan
pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.
Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
- Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
- Emosinya tidak stabil
- Perkembangan Seksual sangat menonjol
- Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
- Terikat erat dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak
tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini
adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
- Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
- Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
- Memperhatikan penampilan
- Sikapnya tidak menentu/plin-plan
http://www.duniaguru.com - Portal Duniaguru Powered by Mambo Generated: 10 March, 2008, 11:16
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
- Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
- Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
- perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
- mulai menyadari akan realitas
- sikapnya mulai jelas tentang hidup
- mulai nampak bakat dan minatnya
Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu
sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui
masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya
Sumber: www.satumed.com
http://www.duniaguru.com - Portal Duniaguru Powered by Mambo Generated: 10 March, 2008, 11:16

tugas psikologi

Menelusuri Kecemasan Pada Remaja : Budaya & Perkembangan Budaya

Posted On Januari 24, 2007

Comments Dropped no responses

Memahami Perkembangan Kita

Orang bilang, masa remaja itu masa yang paling indah, ekspresif, produktif. Tapi, kita juga dibilang sok tau, seenaknya, dan kurang bisa menghormati orang dewasa. Jadi, kita sebenarnya gimana, sih?

Ada berbagai aspek perkembangan yang kita alami, antara lain berkaitan dengan aspek sosial, emosional, konsep diri, heteroseksual dan kognitif. Yuk kita bahas satu-satu.

<>

Perkembangan sosial

Semula kita memang bertingkah laku sebagai anak-anak, ketika kita dalam tahap usia anak-anak, kemudian menjadi remaja lalu serta-merta orang dewasa memosisikan kita bisa berperilaku dewasa, menyesuaikan diri dengan peran-peran dewasa dan melepaskan diri dari peran-peran sebagai anak-anak. Di sinilah titik pangkal yang menyebabkan kita berada dalam kondisi yang sulit. Maka, timbullah kebutuhan kita, misalnya akan identitas diri, individualitas bahkan kebutuhan akan kemandirian. Nah, ketika kebutuhan tersebut muncul dan orang dewasa tidak memahaminya, lagi-lagi inilah yang sering menjadi sumber permasalahan kita dengan orang dewasa atau lingkungan kita.

Kita mungkin pernah mengalami kebingungan ketika menghadapi benturan nilai teman-teman dengan ortu. Rasanya sudah enggak sabar ingin lepas dari pengaruh ortu, berusaha mandiri, dan punya keputusan sendiri. Misalnya memutuskan untuk tampil cool dengan ikutan merokok bareng teman-teman lain. Padahal, merokok amat sangat dilarang oleh ortu.

Benturan nilai ini akan sering kita hadapi. Pada contoh yang lebih ringan adalah pemberlakuan jam malam. Kita mungkin harus sudah sampai rumah paling telat pukul sepuluh. Jadi, selamat tinggal party-party yang baru mulai pukul sepuluh malam. Sementara itu, banyak teman yang orangtuanya membolehkan mereka ikutan party sampai tamat.

"Perang dunia" menahun bakal terjadi, dan bukan enggak mungkin bakal kronis, jika kita bukan tipe anak yang punya hubungan hangat dengan orangtua. Hubungan itu malah akan membangun semangat saling mau mengerti antara kita dan ortu. Iyalah, ortu mana sih yang rela melepas anaknya pulang malam untuk datang ke acara (yang menurut mereka) enggak juntrung? Sebaliknya, anak mana sih yang enggak ngomel berat dilarang datang ke party paling cool sedunia sama ortunya?

Hubungan yang hangat dalam keluarga membuat kita mau menerangkan perasaan kita. Dan, ortu pun akan rela hati mendengarkan kita, juga mau menjelaskan alasan pelarangan itu dalam bahasa yang nyantai. Seringnya membuat kesepakatan antara kita dengan ortu, akan sangat membantu perkembangan diri kita. Termasuk perkembangan kehidupan sosial kita

Perkembangan emosi

Bentuk atau jenis emosi pada manusia itu ternyata banyak, misalnya; takut, khawatir, cemas, marah, sebal, frustrasi, cemburu, iri hati, ingin tahu, sayang, cinta benci dukacita, bahagia, dan masih banyak lagi. Lalu apa hubungannya dengan kita? Ternyata jenis atau bentuk emosi yang disebut tadi memiliki ciri-ciri perkembangan yang berbeda-beda dalam setiap tahapan perkembangan manusia. Dalam tahap remaja seperti kita sekarang ini ciri-ciri perkembangan emosi kita sebagai berikut:

• Lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan dengan meledak-ledak.

• Kondisi emosional yang muncul tadi berlangsung lama, sampai akhirnya kembali dalam keadaan semula.

• Emosi yang muncul sudah bervariasi, bahkan kadang bercampur-baur antara dua emosi yang (sebenarnya) bertentangan. Misalnya, benci dan sayang dalam satu waktu.

• Mulai muncul ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cemburu, dan sebagainya).

• Mudah tersinggung dan merasa malu, karena umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang kita. Tapi ini juga sangat tergantung dari perkembangan konsep diri kita.

Lalu bagaimana sebaiknya kita menghadapinya? Agar semuanya terjadi secara wajar, kita perlu upaya pengendalian emosi ataupun juga menghindari beban emosi. Caranya:

• Kita harus belajar menghadapi segala situasi itu dengan sikap yang rasional.

• Kita juga harus menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat membangkitkan emosional. Kalau mengalami sesuatu yang bikin marah atau sedih, jangan kebawa emosi dulu.

• Memberikan respons terhadap situasi dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebih-lebihan, proporsional sesuai dengan keadaannya, dengan cara yang bisa diterima lingkungan sosial kita.

• Mengemukakan emosi positif kita (senang, bahagia, sayang) dan juga yang negatif (sebal, sedih, marah) secara benar dan proporsional.

Perkembangan konsep diri

Konsep diri ini berkenan dengan perasaan dan pemikiran kita mengenai diri kita sendiri, karena atas penilaian sendiri maupun penilaian dari lingkungan sosial kita. Misalnya kalau kita enggak puas terhadap kondisi fisik, maka konsep diri menjadi buruk. Hal ini membuat kita merasa rendah diri. Begitu pula sebaliknya, konsep diri positif bila kita menilai fisik kita menarik dan sesuai dengan yang diinginkan. Kalau kita dinilai oleh orang lain, misalnya sebagai remaja yang bisa gaul, pandai dan hal-hal yang positif lainnya, maka semangat positif itu dapat meningkatkan konsep diri dan ke-PD-an kita.

Salah satu ciri dari perkembangan konsep diri kita sebagai remaja ialah cenderung negatif antara lain karena berkembangnya fisik yang cukup drastis, kadang juga kurang proporsional (badan memanjang tapi kurus, bulat gemuk, dan sebagainya), merasa selalu diperhatikan orang lain atau menjadi pusat perhatian orang lain, memiliki aspirasi yang tinggi tentang segala hal.

Perkembangan kognitif

Dalam perkembangan ini perilaku yang muncul, misalnya kritis (segala sesuatu harus rasional dan jelas), rasa ingin tahu yang kuat (perkembangan intelektual kita merangsang untuk harus mengetahui segala sesuatu, dalam tahap ini muncul keinginan untuk bereksplorasi) dan egosentris (segala sesuatu masih dilihat dari sudut pandangannya).

Jadi, enggak usah terkaget-kaget dengan komentar orang dewasa terhadap diri kita, ya. Malah kalau perlu, beri mereka penjelasan bahwa beginilah perkembangan remaja. Bisa jadi, kita bakal terlihat lebih dewasa dibanding para orang dewasa itu.

Good luck!

YAHYA MA’SHUM DAN CHATARINA WAHYURINI (sumber: Modul PKBI)


Search :


Berita Lainnya :

·

"Drag Race" Enggak Cuma Adu Kencang

·

Memahami Perkembangan Kita

·

Telepon" Cordless", "Handphone" Paling Murah

·

Senang-senang di Hari Senin

·

CURHAT



Jumat, 15 Nopember 2002
Memahami Aspek-aspek Penting Perkembangan Remaja
Dalam hidupnya, setiap manusia akan mengalami berbagai tahap perkembangan. Dan salah satu tahap perkembangan yang sering menjadi sorotan adalah ketika seseorang memasuki usia remaja. Betapa tidak? Usia remaja adalah gerbang menuju kedewasaan, jika dia berhasil melalui gerbang ini dengan baik, maka tantangan-tantangan di masa selanjutnya akan relatif mudah diatasi.

Begitupun sebaliknya, bila dia gagal maka pada tahap perkembangan berikutnya besar kemungkinan akan terjadi masalah pada dirinya. Oleh karena itu, agar perkembangannya berjalan dengan baik, setidaknya ada lima aspek penting yang harus dicermati, baik oleh orang tua, pendidik, maupun si remaja itu sendiri.

1. Kondisi fisik
Penampilan fisik merupakan aspek penting bagi remaja dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya mereka mempunyai standar-standar tertentu tentang sosok fisik ideal yang mereka dambakan. Misalnya, standar cantik adalah berpostur tinggi, bertubuh langsing, dan berkulit putih.
Namun tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi fisik seideal itu. Karenanya, remaja mesti belajar menerima dan memanfaatkan seperti apapun kondisi fisiknya dengan seefektif mungkin.

Remaja perlu menanamkan keyakinan bahwa keindahan lahiriah bukanlah makna yang sesungguhnya dari kecantikan. Kecantikan sejati justru bersumber dari hati nurani, akhlak, serta kepribadian yang baik. Seperti kata pepatah: Beauty is not in the face, beauty is a light in the heart (kecantikan bukan pada wajah, melainkan cahaya dari dalam hati). Bahkan dalam Islam, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk tubuhmu dan harta-hartamu, tetapi Allah melihat hati dan amal-amalmu." (HR Muslim)

2. Kebebasan emosional
Pada umumnya, remaja ingin memperoleh kebebasan emosional. Mereka ingin bebas melakukan apa saja yang mereka sukai. Tak heran, sebab dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, seorang remaja memang senantiasa berusaha agar pendapat atau pikiran-pikirannya diakui dan disejajarkan dengan orang dewasa, dalam kedudukannya yang bukan lagi sekadar objek.

Dengan demikian jika terjadi perbedaan pendapat antara anak dengan orang tua, maka pendekatan yang bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih bijaksana. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan membangun rasa saling pengertian, di mana masing-masing pihak berusaha memahami sudut pandang pihak lain.

Saling pengertian juga dapat dibangkitkan dengan bertukar pengalaman atau dengan melakukan beberapa aktivitas tertentu bersama-sama, di mana orang tua dapat menempatkan dirinya dalam situasi remaja, dan sebaliknya. Menurut Gordon, inti dari metode pemecahan konflik yang aman antara orang tua dan anak adalah dengan menjadi pendengar aktif.

3. Interaksi sosial
Kemampuan untuk melakukan interaksi sosial juga sangat penting dalam membentuk konsep diri yang positif, sehingga dia mampu melihat dirinya sebagai orang yang kompeten dan disenangi oleh lingkungannya. Dengan demikian, maka diharapkan dia dapat memiliki gambaran yang wajar tentang dirinya sesuai dengan kenyataan (tidak dikurangi atau dilebih-lebihkan).

Menurut Abdul Halim Abu Syuqqah, dalam bukunya Kebebasan Wanita, pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang tidak terjebak dalam dua ekstrem, yakni terlalu sensitif (menutup diri) atau terlalu bebas. Konsep pergaulan semestinya lebih ditekankan kepada hal-hal positif, seperti untuk mempertegas eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan yang bermanfaat.

4. Pengetahuan terhadap kemampuan diri
Setiap kelebihan atau potensi yang ada dalam diri manusia sesungguhnya bersifat laten. Artinya, ia harus digali dan terus dirangsang agar keluar secara optimal. Dengan demikian, akan terlihat sejauh mana potensi yang ada dan di jalur mana potensi itu terkonsentrasi, untuk selanjutnya diperdalam hingga dapat melahirkan karya yang berarti.

Dengan mengetahui dan menerima kemampuan diri secara positif, maka seorang remaja diharapkan lebih mampu menentukan keputusan yang tepat terhadap apa yang akan ia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis kegiatan yang akan diikutinya.

5. Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama
William James, seorang psikolog yang mendalami psikologi agama mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan dengan sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan vitalitas.

Sebaliknya, orang yang memandang agama sebagai suatu kebiasaan yang membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban, akan memiliki jiwa yang sakit (sick soul). Dia akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa bersalah, murung serta tertekan.

Bagi keluarga Muslim, nampaknya harus mulai ditanamkan pemahaman bahwa di usianya si remaja sudah termasuk baligh. Artinya dia sudah taklif, atau bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban agama serta menanggung sendiri dosa-dosanya apabila melanggar kewajiban-kewajiban tersebut. Dengan pemahaman yang kuat terhadap nilai-nilai moral dan agama, maka lingkungan yang buruk tidak akan membuatnya menjadi buruk. Bahkan boleh jadi, si remaja sanggup proaktif mempengaruhi lingkungannya dengan frame religius.n dr/mqp
( )






Kamis, 13 Maret 2008

perkembangan nisa diwaktu remaja

Saat saya berumur 12 tahun saya masih duduk dikelas 6MI karena umur 6 tahun saya baru masuk TK, pada saat berumur 12 tahun saya masih anak-anak dan belum mengerti apa-apa. Ketika saya berumur 13 tahun saya masuk MTs disekolah yang sama pada waktu MI dan ketika itu sudah ada perubahan dalam diri saya baik dari segi fisik maupun mental karena pada waktu itu secara otomatis teman banyak yang baru dan untuk itu semua saya harus bisa beradaptasi dan bergaul dengan mereka semua. Memang pada waktu itu saya juga bingung karena maklumlah baru pindah tingkatan dari MI ke MTs jadi waktu saya bingung takut kalau tidak bisa mengikuti mata pelajaran yang biasa diajarkan diwaktu MI. Setelah lama-kelamaan saya dapat mengikuti mata pelajaran sebagaimana aturannya
, tapi pada waktu ada pelajaran yang paling saya takuti yaitu pelajaran khot karena saya pikir saya tidak bisa melakukannya karena disitu siswa wajib menulis khot yang indah tapi saya kurang bisa jadi kalau ada PR itu saya minta tolong kepada teman laki-laki saya yang terampil menulis khot,dan sejak itu saya mulai suka sama teman laki-laki saya ya Cinmon gitu...mungkin karena rasa kagum kepada dia. padsa waktu itu saya paling suka pelajaran penjaskes karena bapak gurunya baik dan asiknya karena kita bisa keluar kelas dan itu waktu yang ditunggu siswa semuanya dan yang kasihan bila masuk pelajaran setelah penjaskes yaitu biologi siswa kelas saya tidak yang mau masuk kelas karena pelajaran itu hanya mencatat jadi mungkin bagi anak2 itu hal yang memBTkan dan untungnya bapaknya baik jadi walaupun kita ribut didalam kelas bapaknya tidak marah asalkan kita ada yang mau mencatat pelajarannya,memang kita kalau didalam kelas sering ribut da yang ngobrol,makan2,yah pokoknya gitu deh...dan sering banget diperingatkan oleh guru karena kenakalan kami. Walaupun kami kelihatan nakal didalam kelas kami aktif dalam mengikuti jadwal ekskul disekolah maupun diluar sekolah,setelah itu kami sering berkelompok-kelompok dan karena waktu itu saya akrabnya sama 5 orang anak jadi kita bkin kelompok power rangerlah,F4 lah pokonya apalah itu hehehe..tapi teman kelompok hanya bisa bertahan sampai saat MTs kelas 2 saja dan setelah itu cuma 3orang. Pada waktu kelas 2MTs saya termasuk ank yang akif jauga sering mengikuti kegiatan ekskul seperti pengajian,pramuka dll,dan didalam sekolah saya termasuk anak yang aktif dan tidak terlalu neko-neko ya wajar2 saja,tapi karena saya terlalu aktif saya sering dimarahi oarngtua saya karena saya kaeseringan tidak ada dirumah mungkin karena mereka kasihan melihat anaknya takut kecapean, tapi ya mau ap dikata karena tanggungjawab maka mau tidak mau saya harus mengikutinya walaupun agak males,memang saya akui saya diajarkan dari orang tua untuk menjadi orang yang bertanggung jawab atas diri saya sendri dan itu sidah ditanamkankan sejak dini. pada waktu kelas 2MTs ada pemilihan OSIS dan yang menang namanya K.Leman anak kelas 3B,entah kenapa saya mulai suka lagi sama anak laki-laki mungkin karena rasa kagum kali...! pada waktu itu saya sering dicengin ya biasalah teman2 tidak bisa lihat temennya senang hehehe...! pada waktu awal kelas 3MTs saya diangkat menjadi kandidat ketua OSIS dan saya disitu merasa tidak mampu untuk menjalankannya karena saya pikir jadi ketua OSIS sangat besar tanggungajawabnya dan saya pasti repot untuk mengurusi segala hal disekolah dan saya takut tidak bisa membagi waktu untuk disekolah dan dirumah terutama untuk masalah pelajaran dikelas karena saya merasa bentar lagi mau UN dan untuk itu saya harus banyak belajar untuk menghadapi UAN dan saya cerita kepada orang tua saya tentang hal itu dan mereka berkata "ya sudahlah tidak usah ikut2an jadi ketua OSIS saja kalau kamu merasa keberatan lagipula prestasi ekskul tidak mempengaruhi prestasi hasil nilai belajarmu" ya mulai dari situ saya ingin mengundurkan diri menjadi kandidat itu,tapi saya tidak boleh mundur oleh guru2,dan pada waktu pemilihan itu saya kabur kebelakang sekolah dan saya tidak mengikutinya. dari situ teman2,guru2 kecewa dengan tindakan saya itu,dari situ saya dipanggil oleh pembina OSIS dan saya ditanya kenapa kamu melakukan hal itu? ya saya jawab saja alasannya seperti yang sudah saya paparkan tadi. memang saya menyesal bisa2nya saya melakukan hal itu padahalkan saya juga belum tentu menjadi pemenangnya,dari situ saya mulai jadi tidak PD karena teman2 kurang percaya sama saya dan hanya teman geng saja yang menemani saya.
Setelah saya sudah mengikuti UAN MTs alhamdulillah saya lulus dengan nilai yang lumayan bagus, lalu saya masuk aliyah dsekolah yang sama,ketika itu saya merasa biasa saja tidak seperti waktu masuk MTs cuma berpikir bagaimana ya dengan pelajaran di MA ini saya bisa atau tidak untuk menjalaninya, dan mulai ini saya sudah merasa menjadi genit saya sudah mulai menggunakan kosmetik misalnya pembersih wajah,bedak,parfum dan apalah itu namanya..hehehe jadi malu!! pada waktu kelas 1MA menjelang bulan agustus saya ditunjuk untuk menjadi peserta pramuka kemping diPasir Rampo untuk memperingati ULTAH pramuka, dan waktu kami diangkat menjadi perwakialn sekolah berjumlah 14 orang putra-putri, dan yang membimbing kami kakak kelas kami anak kelas 2MA karena kakak kelas kami dipercayai oleh pembina OSIS untuk mengurusinya. dan pada waktu latihan ada pembina baru teman kakak kelas saya yang membina tadi cuma dia alumnus dari pesantren Al-Mizan, pertama dia datang kesannya "ih siapa sih dia datang2 sudah ambil alih begitu saja tapi hebat juga dia banyak memberikan masukan untuk laihan dengan bagus" dan mulai dari situ saya senang dan merasa suka sama si dia. tapi entah kenapa untuk yang ini saya tidak bisa menghilangkan perasaan ini, kalau yang dulu-dulu ditinggal pergi saja saya dapat melupakan perasaan rasa suka itu kalau untuk yang satu ini tidak bahkan sampai sekarang,saya tidak berani untuk mengutarakan rasa hati saya kepada dia karena malu kalau perempuan yang ngomong duluan,lagipula saya takut kepada kedua orang tua saya,jadi ya diam2 saja saya pendam saja perasaan ini sampai sekarang. pada waktu kelas 2MA saya berumur 17tahun mulai ini saya merasa sangat nakal karena pinginnya maen bareng teman2, kalau dikelas tidak ada gurunya pinginnya pergi jalan atau pulang,pinginnya nginep dirumah teman,waktu itu saya pernah berbohong kepada ortu untuk mengikuti acara makan2 dan nginep disekolah karena pada waktu itu kami menang dalam acara kepramukaan ditingkat wilayah padahal saya makan2 bersama teman2 laki-laki saya dan saya nginep dirumah teman perempuan saya dan ngobrol2 gitu deh..pernah ada lagi waktu buka puasa bersama saya bilangnya disekolah padahal dirumah teman laki-laki...saya mengakui mengapa saya sering berbohong karena saya kepada ortu karena ortu tidak suka kalau anaknya sering main apalagi bareng laki-laki. Setelah kelas 3MA saya dihadapi dengan urusan2 untuk menyelesaikan UAN seperti: membuat karya ilmiah,membuat jas,les2 untuk UAN,tryout2 UAN dan lain sebagainya saat itu kami mersa takut dan khawatir atas hail kerja kita,dan sebagaian dari teman kami banyak yang mengeluhkan tentang biaya maka dari itu betapa beratnya beban mereka. tapi akhirnya alhamdulillah kami dapat merasakan buah manisnya yaitu kita dapat menyelesaikan sekolah. dan saya termasuk anak yang beruntung karena saya dapat melanjutkan studi saya sampai saat ini di UIN. dan saya berharap dan memohon kepada Allah supaya saya menjadi orang yang lebih baik dan menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan menjadi anak yang sukses..amin ya robby!!!!!